Thursday, November 11, 2010

SETITIS AIRMATA SEULAS SENYUMAN

SETITIS AIR MATA SEULAS SENYUMAN

Kuingin diriku tetaplah setitis air mata dan seulas senyuman.

Setitis airmata yang menyucikan hatiku,
Memberiku pemahaman rahsia kehidupan.
Seulas senyuman menarikku dekat
Menuju sebuah lambang pemujaan kepada Maha Esa.
Setitis airmata meyatukanku dengan mereka yang patah hati;
Seulas senyum menjadi sebuah tanda kebahagiaanku dalam kewujudan.
Lebih baik jika aku mati dalam hasrat dan kerinduan
Berbanding aku hidup dari menjemukan dan putus asa.
Aku bersedia kelaparan......
Demi cinta dan keindahan yang ada di dasar jiwaku
Setelah kusaksikan mereka yang dimanjakan.
Setelah kudengar keluhan mereka..
Dalam hasrat kerinduan itu....
Lebih manis daripada melodi yang termanis.
Ketika malam tiba......
Bunga menguncupkan kelopak dan tidur,
Memeluk kerinduannya.
Tatkala pagi menghampiri,
Membuka bibirnya demi menyambut ciuman matahari.
Kehidupan sekuntum bunga.
Sama dengan kerinduan dan pengabulan.
Setitis airmata dan seulas senyuman.
Air laut menjadi wap dan naik menjelma menjadi segumpal mega.
Awan terapung di atas pergunungan dan lembah.
Hingga berjumpa angin sepoi bahasa,
Jatuh bercucuran ke seluruh muka alam ini
Lalu bergabung bersama aliran sungai dan kembali ke laut, rumahnya.
Kehidupan awan-gemawan itu..
Adalah sesuatu perpisahan dan pertemuan.
Bagai setitis airmata seulas senyuman.
Kemudian jiwa jadi terpisahkan dari jiwa yang lebih besar,
Bergerak di dunia zat melintas bagai segumpal mega..
Diatas pergunungan dukacita dan dataran kebahagiaan.

Menuju samudera cinta dan keindahan – kepada Tuhan.

No comments:

Post a Comment